Hukum keempat
bahwa barang siapa yang melewatkan salat karena lupa atau ketiduran,
kemudian ingat, maka dia wajib mengqadanya.
Dia wajib mengqadanya berdasarkan hadis Anas bin Malik—semoga Allah Meridainya.
Dari Nabi Ṣallallāhu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda,
“Barang siapa yang lupa salat,
maka dia harus mengerjakannya ketika ingat.
Tidak ada kafarat lain selain itu, ….”
hingga akhir hadis dengan redaksi dari Muslim.
Kewajiban qada tidak gugur dengan haji,
tidak pula dengan kelipatan pahala salat di Tiga Masjid,
maupun dengan amalan penebus dosa lainnya.
Maksud para fukaha menyebutkan hal ini
adalah bahwa orang yang melewatkan salat
karena lupa atau ketiduran,
maka dia wajib mengqadanya.
Kewajiban qada ini tidak gugur walaupun dia naik haji,
walaupun ada dalil bahwa haji
menggugurkan dosa-dosa yang telah lalu.
Tidak gugur juga jika dia Salat Wajib
di salah satu masjid dari Tiga Masjid,
yakni Masjidil Haram,
Masjid Nabawi,
dan Masjidil Aqsa.
Pelipatgandaan pahala di tempat tersebut
tidak menggugurkan kewajiban
seseorang yang memiliki kewajiban qada salat yang terlewat.
Andaikata seseorang memiliki kewajiban mengqada
sepuluh salat yang terlewatkan
lalu pergi untuk mengerjakan salat
Zuhur di Masjidil Haram,
—padahal salat kita di Masjidil Haram
pahalanya dilipatgandakan seratus ribu kali—
maka sepuluh salat yang menjadi kewajibannya tersebut,
berapa yang sudah gugur?
Tidak satu pun!
Karena dia Salat Wajib pada waktunya
dan sepuluh salat itu tetap menjadi kewajibannya.
====
الْحُكْمُ الرَّابِعُ
أَنَّ مَنْ نَسِيَ صَلَاةً أَوْ نَامَ عَنْهَا
ثُمَّ ذَكَرَهَا وَجَبَ عَلَيْهِ قَضَاؤُهَا
وَجَبَ عَلَيهِ قَضَاؤُهَا لِحَدِيثِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ
مَنْ نَسِيَ صَلَاةً
فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا
لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ
الْحَدِيثَ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
وَلَا يُسْقِطُ قَضَاؤَهَا حَجٌّ
وَلَا تَضْعِيفُ صَلَاةٍ فِي الْمَسَاجِدِ الثَّلَاثَةِ
وَلَا غَيْرُ ذَلِكَ مِنَ الْأَعْمَالِ الْمُكَفِّرَةِ
وَمُرَادُ الْفُقَهَاءِ بِذِكْرِ هَذَا
أَنَّ مَنْ فَاتَتْهُ الصَّلَاةُ
بِنِسْيَانٍ أَوْ نَوْمٍ
فَإِنَّهُ يَجِبُ عَلَيهِ الْقَضَاءُ
وَلَا يَرْتَفِعُ عَنْهُ وُجُوبُ الْقَضَاءِ لَوْ حَجَّ
مَعَ مَا وَرَدَ فِيهِ أَنَّ الْحَجَّ
يُكَفِّرُ مَا قَبْلَهُ
وَلَا كَذَلِكَ لَوْ صَلَّى فَرْضًا
فِي مَسْجِدٍ مِنَ الْمَسَاجِدِ الثَّلَاثَةِ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
وَمَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
فَإِنَّ التَّضْعِيفَ الْوَاقِعَ فِي جَزَاؤِهَا
لَا يُبْرِئُ ذِمَّةَ
مَنْ ثَبَتَتْ فِي ذِمَّتِهِ صَلَاةٌ فَائِتَةٌ
فَلَوْ قُدِّرَ أَنَّ أَحَدًا عَلَيْهِ
فَوتُ عَشْرِ صَلَوَاتٍ
فَذَهَبَ فَصَلَّى
فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ صَلَاةَ الظُّهْرِ
وَصَلَاتُنَا فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
تُضَاعَفُ مِائَةَ أَلْفٍ
فَإِنَّ الْعَشْرَةَ الَّتِي فِي ذِمَّتِهِ
كَمْ سَقَطَ مِنْهَا؟
لَا شَيْءَ
لِأَنَّهُ صَلَّى فَرْضَ وَقْتِهِ
وَبَقِيَ فِي ذِمَّتِهِ تِلْكَ الْعَشْرُ